Beranda | Artikel
Mengenal Nama Allah Al-Mannan
Rabu, 20 November 2024

Di antara tanda-tanda keagungan dan kasih sayang Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya adalah Dia memperkenalkan diri-Nya melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Salah satu dari nama-nama indah-Nya adalah Al-Mannan, yang biasa diartikan dengan “Zat Yang Maha Memberi karunia”. Melalui pemahaman akan nama ini dengan benar, seorang hamba dapat menyadari bahwa segala nikmat yang ada di dunia ini berasal dari Allah semata, dan bahwa tiada pemberi karunia yang sejati, kecuali Dia.

Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang nama Allah Al-Mannan ( المنَّان ) yang telah disebutkan dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tersirat dalam berbagai ayat Al-Qur’an. Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita semua, amin.

Dalil nama Allah “Al-Mannan

Nama Al-Mannan ditetapkan berdasarkan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Imam Ahmad dan yang lainnya meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang lelaki berdoa,

اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ بأنَّ لَكَ الحمدُ لا إلَهَ إلَّا أنتَ المنَّانُ بديعُ السَّمواتِ والأرضِ يا ذا الجلالِ والإِكرامِ يا حيُّ يا قيُّومُ

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karena segala pujian adalah milik-Mu, tidak ada ilah selain Engkau, Yang Maha Memberi karunia (Al-Mannan), Pencipta langit dan bumi, Wahai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan, Wahai Yang Mahahidup dan Maha Berdiri.

Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لقد دعا اللَّهَ باسمِهِ العظيمِ الَّذي إذا دعيَ بِهِ أجابَ وإذا سئلَ بِهِ أعطى

Sungguh, ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung. Jika dimohon dengan (menyebut) nama itu, Dia akan mengabulkan, dan jika diminta dengan (menyebut) nama itu, Dia akan memberi.” (HR. Ahmad, 5:349 dan Abu Dawud no. 1495. Lafaz ini miliknya. Disahihkan oleh Al-Albani). [1]

Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala juga menunjukkan sifat ini dalam banyak firman-Nya, di antaranya:

لقد من الله عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ

Sungguh, Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang beriman ketika Dia mengutus kepada mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri.” (QS. Ali Imran: 164)

Dan firman-Nya,

بَلِ اللهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَىٰكُمْ للإيمان

Bahkan, Allahlah yang memberi karunia kepada kalian karena telah menunjukkan kalian kepada keimanan.” (QS. Al-Hujurat: 17) [2]

Kandungan makna dari nama Allah “Al-Mannan

Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Al-Mannan” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.

Makna bahasa dari “Al-Mannan

Al-Mannan ( ‌‌المنان ) merupakan bentuk fa’al ( فعّال ), dari perkataan,

مننتُ على فلان إذا اصطنعت عنده صنيعة وأحسنت أليه

Aku memberikan karunia kepada seseorang. Yakni, melakukan kebaikan dan memberikan anugerah kepadanya.” [3]

Bentuk ini menunjukkan sifat yang sangat berlebihan atau intens dalam memberi kebaikan. [4]

Makna lain dari kata ini adalah membanggakan pemberian yang telah diberikan kepada orang lain dan mengungkit-ungkit kebaikan tersebut. Al-Qurthubi mengatakan,

المنان من “المــنّ” وهو العطـاء دون طلب عوض. … ويكون بمعنى التفاخر بالعطية على المعطى ، وتعديد ما عليه.

“Al-Mannan berasal dari kata al-mann (المنّ), yang berarti: (1) pemberian tanpa mengharapkan imbalan; dan bisa bermakna: (2) membanggakan pemberian yang telah diberikan kepada orang lain dan mengungkit-ungkit kebaikan tersebut.[5]

Makna “Al-Mannan” dalam konteks Allah

Syekh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad rahimahumallah menjabarkan dengan sangat bagus terkait dengan pembahasan ini. Beliau mengatakan,

والمنان: هو كثير العطاء، عظيم المواهب، واسع الإحسان، الذي يدر العطاء على عباده، ويوالي النعماء عليهم تفضّلا منه وإكراما، ولا منان على الإطلاق إلا الله وحده، الذي يبدأ بالنوال قبل السؤال، له المنة على عباده، ولا منة لأحد منهم عليه، تعالى الله علواً كبيراً

“Al-Mannan adalah Zat yang Maha Pemberi, yang sangat besar anugerah-Nya, luas kebaikan-Nya, yang melimpahkan karunia kepada hamba-hamba-Nya dan menambah nikmat kepada mereka sebagai kemurahan dan penghormatan dari-Nya. Tiada yang berhak disebut sebagai Al-Mannan secara mutlak, kecuali Allah semata, yang memulai pemberian sebelum adanya permintaan. Dialah pemilik segala karunia atas hamba-hamba-Nya, dan tiada seorang pun di antara mereka yang memiliki karunia atas-Nya. Mahatinggi Allah dengan ketinggian yang agung.

Kemudian, beliau melanjutkan, “Sangat banyak bentuk nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Dia berfirman,

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.’ (QS. An-Nahl: 18)

Dan Dia berfirman,

وَمَا بِكُم مِّن نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah.’ (QS. An-Nahl: 53)

Barangsiapa ingin menyaksikan sumber-sumber karunia Allah, hendaknya ia memperhatikan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan merenungi berbagai nikmat besar serta anugerah mulia yang Allah berikan di dalamnya.”

Selanjutnya, beliau menyebutkan contoh-contoh karunia Allah kepada para hamba, di antaranya:

1) Karunia-Nya dalam hidayah kepada agama dan keluar dari kegelapan syirik;

2) Karunia-Nya mengutus rasul dan nabi kepada umat manusia;

3) Karunia-Nya dalam memberikan kekuatan dan kemenangan kepada para nabi dan mukminin;

4) Karunia masuk surga dan keselamatan dari neraka. [6]

Konsekuensi dari nama Allah “Al-Mannan” bagi hamba

Penetapan nama “Al-Mannan” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekuensinya dari sisi hamba:

Beriman bahwa Allah Ta’ala adalah Al-Mannan, yang telah memberi berbagai bentuk kebaikan, nikmat, rezeki, dan anugerah kepada hamba-hamba-Nya

Allah, dengan kemurahan-Nya, adalah Maha Pemberi tanpa batas, sebagaimana firman-Nya,

يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali Imran: 37)

Allah juga berfirman,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34)

Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan bahwa setiap muslim harus menyadari bahwa tidak ada yang berhak disebut Al-Mannan secara mutlak, kecuali Allah saja, yang memulai pemberian-Nya, bahkan sebelum ada permintaan dari hamba-Nya. [7]

Seorang hamba harus memuji Allah atas segala nikmat dan mensyukuri keutamaan serta karunia-Nya

Barangsiapa yang mengenal Rabbnya dengan nama yang agung ini, yaitu Al-Mannan, yang memiliki segala pemberian dan anugerah, maka ia wajib memuji dan mensyukuri nikmat serta keutamaan-Nya. Sebagaimana firman Allah,

وقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَى وَعَلَى وَالِدَيَّ

Dan dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku.’” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bersyukur dan melarang mereka dari sifat sebaliknya. Dia memuji hamba-hamba yang bersyukur dan menjanjikan balasan terbaik, serta menjadikan syukur sebagai sebab untuk tambahan nikmat dan sebagai penjaga karunia-Nya. Allah berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَبِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7) [8]

Larangan mengungkit sedekah

Di antara makna Al-Mannan, sebagaimana disebutkan di atas, adalah membanggakan pemberian yang telah diberikan kepada orang lain dan mengungkit-ungkit kebaikan tersebut. Sifat ini adalah baik dan terpuji untuk Allah Ta’ala, dan merupakan bagian dari nama-Nya, Al-Mannan, namun sifat ini merupakan sifat tercela bagi makhluk.

Allah melarang seseorang mengungkit-ungkit pemberian atau sedekah yang telah diberikan. Allah berfirman,

لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ

Janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264) [9]

Ya Allah, segala puji bagi-Mu sebagai rasa syukur, segala karunia-Mu adalah keutamaan. Segala puji bagi-Mu atas Islam, atas iman, atas Al-Qur’an, atas keluarga, harta, dan kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas setiap nikmat yang Engkau anugerahkan kepada kami, baik yang lama maupun yang baru, yang tersembunyi maupun yang tampak, yang khusus maupun yang umum. Segala puji bagi-Mu sebanyak-banyaknya, pujian yang baik dan penuh berkah. Ya Allah, bagi-Mu segala puji hingga Engkau rida, dan segala puji bagi-Mu, wahai Tuhan kami, ketika Engkau telah rida. Amin.

***

Rumdin PPIA Sragen, 4 Jumadil awal 1446

Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab


Artikel asli: https://muslim.or.id/100572-mengenal-nama-allah-al-mannaan.html